ilmu kira = ukur |
A.
Latar
Belakang Masalah
Mesin adalah
segala macam alat yang dapat mempermudah kehidupan manusia dengan dimensi yang telah dierhitungkan oleh para engineer.
Dalam proses tersebut, mengharuskan para pelaku teknik yang berkecimpung
didalamnya untuk paham terhadap segala benda yang memiliki ukuran dan dimensi. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan benda hidup dan benda mati.
Suatu saat kita kadang-kadang harus mengkomunikasikan sesuatu objek, baik objek
bergerak maupun objek diam kepada orang lain.
Seandainya informasi tentang objek yang kita komunikasikan itu
kurang lengkap maka orang yang menerima informasi sangat dimungkinkan untuk
bertanya lebih jauh lagi.. Pertanyaan ini sangat dimungkinkan timbul apabila
objek yang dikomunikasikan tidak dilengkapi dengan objek pelengkap. Objek
pelengkap biasanya dinyatakan dalam bentuk ukuran dan satuan sehingga objek
yang diinformasikan mempunyai arti lebih luas. Dengan demikian peranan objek
pelengkap sebagai penambah keterangan dari objek yang diinformasikan memang
sangat penting.
Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan sesuatu yang sifatnya harus diukur. Setiap saat kita harus memperhatikan
waktu, setiap saat kita harus memperhatikan jarak atau panjang sesuatu,
saat-saat tertentu kita harus memperhatikan berat sesuatu,dan sebagainya.
Dengan kata lain bahwa pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
bisa lepas dari pengukuran. Penggunaan kata pengukuran disini dikhususkan pada
masalah pengukuran hasil-hasil industri yang menyangkut masalah pengukuran geometri,
pengukuran kehalusan permukaan, dan yang terbanyak adalah pengukuran dimensi
dari suatu produk.
Zaman modern kali ini pengukuran segala dimens dapat dilakukan
dengan mudah berkat bantuan alat ukur digital, hal ini menunjukkan bahwa taraf
keakuratan dari pengukuran menjadi semakin tinggi pula. Namun disisi lain,
penggunaan alat ukur digital maka akan semakin menurunkan minat para engineer
muda untuk menekuni dan mencari ilmu lebih dalm lagi pada proses pengukuran.
Dengan kondisi ini mengakibatkan keahlian para engineer muda untuk membaca alat
ukur konvnsional mejadi semakin berkurang dan mengancam lahirnya engineer yang
mampu membaca segala alat ukur geometri, hal ini digital maupun konvensional.
Salah satu hal yang paling utama yang memerlukan keahlian penting
dalam proses pengukuran geometri adalah proses pembacaan hasil pengukuran. Ada
beberapa hal penting yang perlu dilakukan pada saat proses pembacaan hasil
pengukuran pada berbagai alat ukur yang berbeda. Pembacaan hasil pengukuran
menjadi acuan utama pemberian dimensi pada objek ukur kesalahan dalam proses
pembacaan hasil pengukuran berakibat kesalahan pada semua dimensi yang
diberikan saat proses produksi, dan akan berakibat pada mesin/alat yang
dihasilkan tidak berjalan dengan baik.
B. Pembahasan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir
semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen. Pengukuran
dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan suatu alat yang dapat bekerja dengan
baik, misalnya suatu poros dengan bantalan dituntut untuk menggunakan dimensi
yang tepat agar menghasilkan putaran poros yang sesuai dengan fungsi dan
keinginannya. Karakteristik fungsional adalah karakteristik kegunaan dari alat
tersebut, dalam hal ini karakteristik fungsional mengacu pada kegunaan utaa,
misalnya pada poros dengan bentuk silinder. Sedangkan karakteristik geometri
adalah karakteristik yang berhubungan dengan bentuk permukaan dari poros
misalnya, ataupun kekasaran nya serta ke longgarannya dengan bantalan untuk
menghasilkan gerakan dan fungsional poros seperti yang diginkan. [Drijarkara, 2005]
Karakteistik geometri dapat
ditentukan dengan berbagai metode, tergantung dari segi manakah karakteristik
geometri tersebut akan diperlukan. Pengukuran panjang suatu poros dapat
dilakukan dengan jangka sorong atau dengan mistar, sedangkan pengukuran diameter
poros dilakukan dengan jangka sorong ataupun dengan micrometer skrup. Lain
halnya jika untuk mengukur kekasaran permukaannya, alat ukur yang digunakan
juga akan berbeda dengan funginya masing-masing. Pengukuran panjang suatu poros
dengan mistar merupakan pengukuran konvensional, karena pembacaan hasil
pengukuran masih dilakukan dengan manual oleh si pengamat. Dalam hal ini dengan
ketelitian yang kurang maka harus dilakukan dengan benar untuk menghsilkn data
pengukuran yang akurat dan teliti, untuk mengurangi penyimpangan pengukuran.
Dari keadaan diatas maka diperlukan metode yang tepat untuk menghasilkan
pengukuran yang menyandang predikat mendekati benar.
Alat ukur geometrik dapat
diklasifikasikan menurut prinsip kerja penggunaan atau sifatnya. Menurut sifatnya
scara garis besa alat ukur geometric dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu alat
ukur dasar dan alat ukur turunan. Berdasarkan jenisnya alat ukur dasar dibagi
menjadi 5 jenis yaitu :
1. Alat
Ukur Langsung
Alat ukur langsung adalah alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh. Selain itu alat ukur langsung dilengkapi dengan skala ketelitian dengan tujuan untuk menambah keyakinan terhadap hasil pengukuran yang didapatkan. Biasanya alat ukur yang digunakan sudah dikalibrasikan dengan alat ukur acuan, dan memiliki kecermatan rendah hingga menengah , yaitu dengan kcermatan 1mm hingga 0,02 mm. [Sayuthi, 2012]
Alat ukur langsung adalah alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh. Selain itu alat ukur langsung dilengkapi dengan skala ketelitian dengan tujuan untuk menambah keyakinan terhadap hasil pengukuran yang didapatkan. Biasanya alat ukur yang digunakan sudah dikalibrasikan dengan alat ukur acuan, dan memiliki kecermatan rendah hingga menengah , yaitu dengan kcermatan 1mm hingga 0,02 mm. [Sayuthi, 2012]
Ada
beberapa alat ukur langsung konvensional saat ini, yaitu :
a. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pada jangka sorong terdapat dua jenis skala, yaitu skala utama dan juga skala nonius. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.
Metode pembacaan hasil pengukuran jangka sorong :
Metode 1. Persiapan
a. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pada jangka sorong terdapat dua jenis skala, yaitu skala utama dan juga skala nonius. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.
Metode pembacaan hasil pengukuran jangka sorong :
Metode 1. Persiapan
- Memastikan alat dalam keadaan baik diantaranya dengan
melakukan proses zeroizing dan kalibrasi dengan alat yang sudah ada, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menstandarkan alat ukur yang akan digunakan.
- Untuk jangka sorong dengan sekrup pengunci, diharuskan
membuka sekrup pengunci untuk melakukan pengukuran. Sekrup pengunci ada agar
hasil pengukuran yang telah dilakukan tidak menggeser dimensi yang telah
terbaca sebelumnya.
- Membersihkan alat,
yaitu pada daerah sekitar rahang geser, karena jika terdapat kotoran maka akan
mengkasilkan pengukuran yang tidak akurat dan teliti serta mengurangi
kepercayaan hasil pengukuran.
Metode 2.
Pembacaan hasil pengukuran
- Memastikan rahang
jangka sorong telah menempel pada objek ukur dengan benar tidak terjadi
kemiringan dan pergeseran.
- Untuk mengukur
diameter, maka rahang geser harus menempel dengan benar, sedangkan untuk
mengukur kedalaman dilakukan dengan tangkai ukur yang harus tegak lurus
terhadap bidang dari dasar objek ukur.
pengukuran dengan jangka sorong |
- Membaca hasil
pengukuran dengan benar Sebagai contoh seperti pengukuran
dibawah ini bagian bawah merupakan skala nonuis dengan ketelitian 0,01 cm. dan
bagian garis atas adalah skala utama. Angka dari angka nol pada skala nonius
berada diantara 1,9 dn 2 cm, maka dapat disimpulkan bahwa nilai pengukuran pada
skala utama yang terlihat adalah 1,9 cm.
hasil pengukuran |
Langkah selanjutnya adalah membaca hasil
pengukuran pada skala nonius, yaitu pada garis bagian bawah. Untuk melihat
pengukuran nilai dari skala nonius yaitu dengan melihat garis pada skala nonius
yang berhimpit dengan garis pada skala utama.garis yang berhimpitan adalah
garis tepat yang menjadi acuan hasil pengukuran pada skala nonius. Pada gambar
diatas terlihat bahwa garis yang berhimpit dengan skla utama adalah nilai 8.
Lalu panjang dari objek ukur dilakukan dengan persamaan :
Keterangan :
Ltotal = Panjang Objek ukur (cm)
LUtama = Nilai pada skala utama (
cm)
Lnonius = Nilai pada skala nonius (nilai x
skala)(cm)
b. Mikrometer
Sekrup
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran
panjang yang cukup presisi. Mikrometer mempunyai tingkat ketelitian hinggan
0,01 mm. Penggunaan mikrometer sekrup biasanya untuk mengukur diameter benda
melingkar yang kecil seperti kawat atau kabel.
Metode pengukuran
dengan Mikrometer Skrup :
Metode 1. Persiapan
- Memastikan alat dalam keadaan baik diantaranya dengan
melakukan proses zeroizing dan
kalibrasi dengan alat yang sudah ada, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menstandarkan alat ukur yang akan digunakan.
- Membersihkan alat,
yaitu pada daerah sekitar skrup pemutar, karena jika terdapat kotoran maka akan
mengkasilkan pengukuran yang tidak akurat dan teliti serta mengurangi
kepercayaan hasil pengukuran.
Metode 2. Pembacaan Hasil Pengukuran
- Memastikan rahang Geser
dan rahang tetap telah menempel pada objek ukur dengan benar tidak terjadi
kemiringan dan pergeseran, hal itu dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasikan
hasil pengukuran yang didapat agar memiliki kesalahan pengukuran yang relatif
kecil.
- Membaca hasil pengukuran dengan benar
Pada
skala utama terdapat garis pada bagian atas yang menunjukkan angka utama,
sedangkan pada garis bagian bawah menunjukkan angka setengahnya. Pada bagian
skala nonius terdapat angka sebanyak 50 garis yang menunjukkan bahwa jika pada
sekala utama setengah garis utama akan dilalui sepanjang 50 garis pada skala
nonius. Sebagai contoh pada gambar dibawah ini, garis pada skala utama
menunjukkan garis melewati 6,5 mm, sedangkan pada skala nonius terdapat garis
yang berhimpit dengan garis sumbu skala utama, dan menunjukkan angka 44.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengulangan
dengan alat yang sama, jika hasil yang didapatkan tetap sama, maka dilanjutkan
ke perhitungan dimensi dari objek ukur. Perhitungan objek ukur dapat dihitung
dengan persamaan :
Keterangan :
Ltotal = Panjang Objek ukur (mm)
LUtama = Nilai pada skala utama (
mm)
Lnonius = Nilai pada skala nonius (nilai x
skala)(mm)
2. Alat
Ukur Tak Langsung
Alat ukur tak langsung
merupakan alat ukur yng berjenis pembanding, standar, dan alat ukur bantu.
Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu objek
ukur dibandingkan dengan ukuran standard dapat digunakan untuk menentukan
dimensi objek ukur. Karena alat ukur pembanding umumnya memiliki kecermatan
yang tinggi dan alat ukur standard memiliki kualitas yang bias diandalkan, maka
proses pengukuran tak langsng dapat dilakukan sebaik mungkin untuk mendapatkan
hasil yang cermaat, teliti, dan tepat. proses pengukuran tak langsung uumnya
berjalan dengan waktu yang lama, namun yang dihasilkan dapat dipercaya
ketepatannya. [Poerwanto, 2012]
Salah satu alat ukur
tak langsung konvensional saat ini yag masih digunakan adalah profil projector.
Profile projector ini bisa digunakan apabila kita ingin melakukan terhadap
benda uji yang memiliki ukuran cukup kecil (1-20mm), alat ini bisa digunakan
untuk melakukan pengukuran panjang dan sudut dari suatu benda yang akan sangat
susah apabila diukur menggunakan alat ukur panjang atau sudut konvensional.
Profile projector memiliki ketelitian pengukuran panjang 1 mikrometer dan sudut
sampai 1 menit. Secara garis besar Prinsip kerja dari alat ukur ini adalah
dengan memproyeksikan benda uji yang sudah diperbesar ke layar kaca (yang tingkat
fokusnya bisa diganti) yang memiliki garis silang yang saling tegak lurus.
Metode pengukuran
dengan profile projector :
Metode 1. Persiapan
a.
Memastikan alat telah terkalibrasi dengan baik dan alat masih
dapat digunakan dibuktikan dengan perawatan alat secara berkala.
b.
Menaruh objek ukur dengan benar, sehingga mudah untuk
menghasilkan pengukuran yang dilakukan dapat secara sistematis, dan hasilnya
dapat dipercaya.
Metode 2. Pembacaan
hasil pengukuran
a. Langkah selanjutnya
yang dilakukan adalah menghidupkan cahaya proyektor untuk mendapatkan hasil
bayangan pad display lensa proyektor.
proyektor profil |
b. Mengatur tingkat focus dari pengukuran, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan geometri pengukuran yang mudah untuk dibandingkan dengan objek pembanding. Tingkat dari fokus ditentukan sehingga didapatkan bayangan yang jelas untuk diukur.
c.
Pengukuran dapat dilakukan searah sumbu y atau sumbu x, sebelum
menggerakkan pengatur sumbu x-y, display penunjuk nilai dari sumbu x-y harus
di reset agar
posisinya tepat pada angka 0.
Referensi
[1] Drijarkara. A. Praba; Zaid.
Ghufron, 2005, Metrologi : Sebuah Pengantar [Terj Metrology : in Short, 2nd edition oleh Preben Howarth dan
Fiona Redgrave (Penerbit Euramet e.V.). ], ISBN -979-99322-2-X, http://www.kim.lipi.go.id/publik/metrology/
[2] Poerwanto; Hidayati. Juliza; Anizar, 2012,
Instrumentasi dan Alat Ukur, Jogjakarta, Graha Ilmu, hal (19-51), ISBN
978-979-756-360-8, http://www.opac.unila.ac.id/
[3] Sayuthi;
Fadlisyah; Syarifudin, 2012, Pengukuran Teknik - Edisi Pertama, Jogjakarta,
Graha Ilmu, hal (61-78), ISBN 978-979-756-362-2, http://www.opac.unila.ac.id/
untuk lebih jelas dapat dibaca referensi dibawah ini.
4 comments:
terimakasih. membantu..
ok
ada artikel lengkap tentang penggunaan alat ukur ?
Post a Comment